tidak boleh ada paksaan dalam upaya pengumpulan data. Responden harus sadar siapa yang melakukan survey, sponsor dan tujuan singkat dari penelitian yang bersangkutan.
Jumat, 02 Januari 2015
SURVEY SEBAGAI INSTRUMEN PENYELIDIKAN DALAM PENELITIAN
SURVEY SEBAGAI
INSTRUMEN PENYELIDIKAN DALAM PENELITIAN
Sarmistha Rina
Majumdar
Resume
Metodologi survei digunakan untuk membantu menyelidiki pendapat individu, sikap serta perilaku, dan mengumpulkan informasi
tentang demografi dan berbagai topik lain yang menarik untuk diteliti. Khusus
dalam administrasi
publik, peneliti menggunakan metodologi
survei untuk mengumpulkan informasi tentang nilai-nilai kerja dan komitmen
organisasi antara individu
dalam organisasi publik, pendapat orang
tentang kebijakan publik dan untuk mengukur tingkat
kepuasan terhadap barang dan jasa
publik.
Dalam studi administrasi, metodologi dimasukkan kedalam penelitian nonexperimental yang digunakan untuk
mengumpulkan informasi dari administrator
dan warga untuk
memeriksa kebijakan atau
efektivitas program dan untuk mengatasi manajerial dan lainnya kekhawatiran
dalam sebuah organisasi. (Dillon,
2006). Penelitian survey dikenalkan oleh Marx pada tahun 1880 yang
menggunakan kuesioner untuk menyelidiki ekploitasi pekerja oleh majikan, selain
itu digunakan pula dalam meneliti etika dalam agama dan terus berkembang dari
berbagai aspek metodelogi.
1. Tahapan Survey
Tahapan
survey dibagi sebagai berikut :
a. Perumusan Tujuan
Peneliti pertama kali harus memutuskan apa tujuan sebenarnya dari
survei. Setelah ditetapkan,
tujuan harus jelas
dan tepat dinyatakan karena memakan
waktu. Perlu meluangkan waktu untuk tahap mengerjakan tahap
selanjutunya terutama pertanyaan penelitian.
b. Pertanyaan Penelitian
Pertanyaan
penelitian digunakan untuk mengidentifikasi variabel dan mengumpulkan informasi spesifik dan konkret terkait dengan variabel penelitian. pertanyaan penelitian perlu dinyatakan sejelas mungkin
yang digunakan untuk menandai batas-batas proyek, mempertahankan
fokus dan memandu pengumpulan data dan analisis
proses keseluruhan (Punch, 2003).
c. Unit Analisis
Unit analisis dalam
penelitian survey berkisar dari individu untuk setiap unsur
yang menarik bagi peneliti. Misalnya mengumpulkan informasi mengenai tingkat kejahatan kota, kota menjadi unit
analisis.
d. Sampel
Sampel mengacu kepada bagian dari
populasi, Sampel dapat berupa probabilitas atau sampel nonprobability. Dalam sampel
probabilitas, semua anggota
populasi memiliki kesempatan yang sama untuk terpilih. Sampel probalitas yang
acak memungkinkan menghindari bias yang baik sadar
dan bawah sadar dalam pemilihan elemen
(Babbie, 1998).
e.
Desain Survey
Dalam memilih desain survey
ditentukan oleh tujuan dari survey itu sendiri. Misalnya tujuannya untuk
deskripsi waktu dan hubungan antar variabel maka desain cross sectional yang
dipakai. Beberapa desain survey diantaranya desain cross sectional,
longitudinal dan kohort.
f.
Koesioner
Koesioner suatu penelitian survey
berkaitan dengan pertanyaan penelitian, variabel yang akan dikumpulkan perlu
diidentifikasi dan diikuti dengan definisi operasional. Hal ini membantu dalam
pengumpulan data yang relevan untuk variabel yang bersangkutan. Dalam suatu
koesioner bisa berisi pertanyaan dan pernyataan yang relevan dengan topik,
selain itu koesioner dapat dikembangkan dari laporan sebelumnya yang mirip,
tujuannya untuk membandingkan kondisi sebelumnya dan yang sekarang.
g. Pretest dan Pilot Study
Pretest diartikan sebagai tes awal
dari satu atau lebih komponen survey. Pretest digunakan untuk mengungkap
masalah yang tersembunyi sebelum survey. Pretest digunakan untuk meminimalkan
hambatan dalam proses pengumpulan data. Studi percontohan atau pilot study dianggap sebagai survey mini
yang melibatkan seluruh instrumen penelitian dengan menggunakan sampel yang
kecil.
2. Pengumpulan data
Pengumpulan
data membutuhkan
pemilihan mode pengumpulan
data dan pengembangan formulir pengumpulan data di mana data mentah dimasukkan. Pengumpulan data dibagi
kedalam dua fase, yang pertama adalah metode dalam pengumpulan data dan entri
data.
a. Metode pengumpulan data
Pada awalnya pengumpulan data
dilakukan dengan wawancara dan koesioner, seiiring dengan perkembangan
teknologi, pengumpulan data dapat dilakukan via telepon dan internet. Semua
cara pengumpulan data memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing sesuai
dengan waktu dan dana yang tersedia.
b. Entri data
Entri data merupakan tahap
selanjutnya dari informasi yang telah dikumpulkan. Data harus segera
ditampilkan sedemikian rupa agar mudah dipahami dan dapat diakses setiap saat
untuk kegiatan statistik seperti SPSS, Exel maupun software lainnya.
3. Respon
Respon diartikan sebagai tanggapan dari
sampel penelitian atas survey yang dilakukan. Tingkat respon dihitung sebagai
persentase dari sampel yang
telah menjawab pertanyaan. Tujuannya
untuk mengevaluasi upaya pengumpulan data dan
dapat bervariasi dari satu metode pengumpulan
data untuk lain. Dalam setiap survei sering terjadi responden yang tidak merespon pertanyaan, untuk menguranginya peneliti
perlu menjelaskan sejelas mungkin tentang isi sirvey agar menarik minat
responden dalam topik survey.
4. Etika dalam Penelitian Survey
Etika dalam penelitian survey berguna untuk menghindari adanya pihak
yang merasa dirugikan dari adanya survey. Peneliti memiliki kewajiban terhadap
responden terutama yang berkaitan dengan hasil survey harus bisa diakses oleh
umum.
tidak boleh ada paksaan dalam upaya pengumpulan data. Responden harus sadar siapa yang melakukan survey, sponsor dan tujuan singkat dari penelitian yang bersangkutan.
tidak boleh ada paksaan dalam upaya pengumpulan data. Responden harus sadar siapa yang melakukan survey, sponsor dan tujuan singkat dari penelitian yang bersangkutan.
Dari penjelasan diatas dapat
disimpulkan metode penelitian survey dapat digunakan dalam upaya pengumpulan
data. Dalam membuat penelitian survey dibutuhkan kesabaran dan waktu yang
panjang dalam hal perencanaan dan koesioner itu sendiri. Metode yang digunakan
dalam penelitian survey bermacam-macam tergantung dari bagaimana penerapannya
serta waktu dan biaya yang dimiliki.
Kelemahan dari penelitian survey
adalah survey dapat gagal menangkap informasi yang diinginkan akibat dari
desain yang digunakan salah, salah dalam responden dan gagal mencapai jumlah
responden yang diinginkan dalam waktu yang tepat. Selain itu pemilihan topik
juga menentukan responden berminat atau tidak mengikuti survey yang
bersangkutan. Administrasi survei membutuhkan ketekunan dan penggunaan keterampilan sosial untuk menjangkau responden agar memiliki rasa tanggung jawab untuk
berpartisipasi.
Sumber
: Sarmistha Rina Majumdar. (2007) Using the Survey as an Instrument of Inquiry in Research (Handbook of
research Methods In Public Administration). Pennsylvania:CRC Press
Kamis, 01 Januari 2015
Paradigma Modernisasi Jan Nederveen Pieters & Richard Peet
Paradigma Modernisasi
Jan Nederveen Pieters & Richard Peet
oleh
Rahadi Cipto Utama
Paradigma tentang medernisasi terus berkembang sesuai
dengan perubahan waktu dan kondisi. Eropa pada awalnya menganut konsep
renaissance, masyarakat eropa yang berlapis-lapis baik suku, kerajaan dan
lainnya lebih kompleks dibandingkan dengan amerika yang menganut konsep
pencerahan. Edward Shils dalam Pieters menilai bahwa modernisasi identik dengan
westernisasi dimana modern adalah menjadi kebarat-baratan, hal ini memberikan
standar dan model yang jelas untuk membentuk Negara yang modern. Modernisasi
mengadopsi politik lembanga-lembaga barat, bagaimana lembaga itu bekerja di
Negara yang belum modern tergantung pada lembaga tersebut dan bagaimana
westernisasi bekerja di Negara tersebut.
Hal yang tidak jauh berbeda diungkapkan dalam pieters dimana menjelaskan
bahwa teori modernisasi merupakan evolusi dari perkawinan
evolusionisme dan fungsionalisme, dengan modernisasi dikonseptualisasikan baik
sebagai variabel kritis atau teori dikotomis. Contoh dari teori modernisasi
adalah rasionalisasi dan industrialisasi. Bagaimana
memandang rasionalitas sebagai suatu kemajuan dalam pembangunan serta bagaimana
pembangunan industri menjadi sumber ekonomi utama bangsa-bangsa Eropa.
Pembangunan sebagai suatu modernisasi melihat krisis
pembangunan sebagai paradigma
memanifestasikan dirinya sebagai krisis modernisme di barat dan krisis
pembangunan di selatan. Modernitas
semakin dipandang sebagai teori dan praktek yang lebih eksklusif daripada
inklusif. Lingkaran yang mempesona dari prestasi dan kesuksesan, semakin
terlihat di media dan iklan, menuntut sebuah biaya yang tinggi dan
tidak melibatakan banyak kaum marjinal.
Teori
modernisasi dijabarkan dalam sebuah sistem
global kedalam (1) pusat kemajuan modern (2) batas-batas keterbelakangan
tradisional, dengan pusat yang menunjukan batas-batas masa depan mereka. Bagaimana mengembangkan
masyarakat adalah dapat diukur dalam hal Indeks kesamaan dengan karakteristik
masyarakat industri modern. Teori modernisasi bertanya apa faktor yang
menghambat masyarakat awam ke model industri ini, apa yang kondisi dan
mekanisme transisi dari sosial tradisional untuk modernnya? Dengan parsons,
masyarakat tradisional dipandang sebagai dibatasi oleh lingkungan mereka dapat
menguasai. Juga,
demikian pula, masyarakat modern yang luas, mampu mengatasi kisaran yang
melebar dari lingkungan dan masalah.
Lebih
khusus lagi, dalam bidang ekonomi, modernisasi berarti spesialisasi kegiatan
ekonomi dan peran kerja dan pertumbuhan pasar; dalam organisasi sosial-spasial,
modernisasi dimaksudkan urbanisasi, mobilitas, fleksibilitas, dan penyebaran
pendidikan;dalam bidang politik, modernisasi berarti penyebaran demokrasi dan
melemahnya elit tradisional; dalam lingkup budaya, modernisasi berarti tumbuh
perbedaan antara berbagai budaya dan sistem-sistem nilai (misalnya, pemisahan
antara agama dan filsafat), sekularisasi dan munculnya inteligensia baru Secara umum, masyarakat
modern yang dapat menyerap perubahan dan menjamin pertumbuhan yang
berkelanjutan mereka sendiri.
Dalam
pendekatan modernisasi ekonomi,
penekanannya adalah pada perbedaan sosial dan budaya yang luas antara
masyarakat modern dan tradisional,
pemahaman tentang perbedaan-perbedaan ini menjadi dasar kebijakan
pembangunan. Selain pendekatan ekonomi, modernisasi juga dilihat
dari pendekatan psikologis yang melihat dua sisi perbedaan masyarakat
tradisional dan masyarakat modern. perbedaan kepribadian
manusia terhadap kemajuan teknologi dan perubahan sosial. Manusia modern yang tercerahkan ditandai dengan
sifat-sifat seperti rasionalitas, abstractness pengetahuan, berpikir ilmiah,
dan urbanitas.
Perbedaan antara masyarakat
Tradisional dan Modern dalam Peet
sebagai berikut :
Tradisional
|
Modern
|
Tidak mau
menerima ide baru
|
Terbuka terhadap pengalaman
baru
|
Berakar pada tradisi
|
Berorientasi pada perubahan
|
Hanya tertarik pada hal-hal langsung
|
Tertarik pada dunia luar
|
Menolak pendapat yang berbda
|
Menerima perbedaan pendapat
|
Tidak tertarik dengan informasi
baru
|
Ingin mencari informasi baru
|
Berorientasi pada masalalu
|
Berorientasi pada masa sekarang
|
Jangka pendek
|
Perencanaan nilai
|
Tidak percaya terhadap orang
lain
|
Mempercayai orang untuk
memenuhi kewajiban
|
Mencurigai teknologi
|
Nilai keterampilan teknis
|
Menempatkan nilai yang tinggi
terhadap agama
|
Menempatkan nilai yang tinggi
pada pendidikan dan ilmu pengetahuan
|
Hubungan patron klien
|
Menghormati orang lain
|
Partikularstik
|
Universalistik
|
Fatalistk
|
optimistik
|
Secara
singkat, pembangunan ekonomi berasal dari pertumbuhan kepribadian modern.
Orang-orang mengembangkan kebutuhan tinggi untuk mencapai yang puas dengan
perilaku inovatif. Pembangunan berarti mengubah bentuk sosial khas kepribadian
dan mengubah sikap terhadap westernisasi, pendidikan, sekularisasi, paparan
media global, dan sebagainya.
Kritik
terhadap modernisasi
Teori
modernisasi ini mengungkapkan bahwa eropa
memiliki kelebihan yang tidak dimiliki oleh Negara lain yakni pada
pada bentuk geografis dalam batasan lingkungan, menegaskan bahwa Eropa menjadi
dominan karena mempunyai karakteristik alam yang unggul, terutama kecerdasan
alami yang besar. Kiblat
terhadap eropa yang awalnya dinilai sebagai keunggulan geografis dkritik oleh
Blaut yang menyatakan Eropa tidak unggul ke daerah lain
sebelum tahun 1492,
kolonialisme dan kekayaan dijarah dari masyarakat Dunia Ketiga (bukan
rasionalisasi) adalah faktor-faktor dasar yang mengarah meningkatnya negara-negara Eropa.
Teori
modernisasi dikritisi dari konsep yang difokuskan pada pada
konsep Rostow yaitu proses universal dari modernisasi (itu berarti, sejarah
tidak dapat berubah tetapi akan sama di setiap tempat dan waktu), ide nya
tentang tahapan untuk pembangunan (konsumsi massa yang tinggi) dan
etnosentrisnya (setiap orang harus mengikuti orang Inggris dan Amerika). Ekonomi dan
etika pada awalnya dinilai mampu mengurangi angka kemiskinan ekstem di dunia.
Dengan bantuan ekonomi dari Negara maju terhadap Negara miskin di dunia ketiga
diharapkan masyarakat mampu menjejakkan kaki ke anak tangga pembangunan. Namun
kritik terhadap pernyataan ini adalah sangat diragukan
bahwa bantuan asing dapat menghentikan kemiskinan. Tentang etika yang diungkapkan Sachs
menyatakan bahwa manfaat dan bantuan luar negeri semua ditujukan pada
kepentingan mereka sendiri, negara-negara kaya berinvestasi di negara miskin
demi keamanan mereka sendiri, untuk mencegah pemerintahan yang gagal. Untuk mencegah
orang miskin menjadi teroris.
Kesimpulannya
dari paradigma modernisasi yang diungkapkan dalam
Richard Peet dan Pieters adalah
moderniasi memang membawa dampak besar dalam perubahan
struktur masyarakat, masyarakat yang ingin maju membuka
perbatasan dan membiarkan adanya perubahan didalamnya. Masyarakat menjadi
bagian dari dari sistem kapitalisme global, harus mendorong perusahaan
multinasional, teknologi maju, dan kegiatan ekonomi berbasis ekspor serta harus menarik bantuan
dari negara dan privatisasi, dan memungkinkan pasar untuk melaksanakan disiplin
ekonomi. Modernisasi dapat diatasi melalui alternatif yang lebih meyakinkan dan
persuasif, alternatif diambil dari sudut pandang kelompok-kelompok yang didasasarkan pada kritik
terhadap konsep pembangunan.
Teori Ketergantungan
Teori Ketergantungan
1.
Gagasan
teori ketergantungan
Dependensi
atau ketergantungan berawal dari krisis
teori Marx ortodoks di Amerika Latin. Menurut Marxsis ortodoks, Amerika Latin
harus melihat tahap revolusi industri
"borjuis" sebelum melampaui revolusi sosialisasi proletar. Beberapa tokoh dari teori
ketergantungan antara lain Theotonio Dos Santos, Raul Prebisch, Paul Baran dan Andre
Gunder Frank. Theotonio Dos Santos menjelaskan teori ketergantungan adalah keadaan di mana kehidupan ekonomi negara
tertentu dipengaruhi oleh perkembangan dan ekspansi dari kehidupan ekonomi
negara lain. Negara tersebut tersebut hanya berperan sebagai
penerima akibat saja. Dari pengertian tersebut dapat ditarik garis besar bahwa ada pola ketergantungan antara
masyarakat yang satu dengan masyarakat yang lainnya dalam kehidupan berbangsa
di dunia. Teori Dependensi lebih menitik beratkan pada persoalan
keterbelakangan dan pembangunan negara dunia ketiga dimana dalam hal ini teori dependensi
menjelaskan bagaimana Negara pinggiran atau dunia ketiga dalam menghadapi
hegemoni ekonomi,
politik, budaya dan intelektual
dari negara maju. Bila negara pusat
berkembang, maka negara pinggiran ikut berkembang (perkembangan yang
tergantung) Ada tiga macam ketergantungan menurut Dos Santos yaitu ketergantunan
colonial, ketergantungan finansial industri dan ketergantungan teknologi industri.
Lebih lanjut Dos Santos menjelaskan teori ketergantungan memahami bagaimana
hubungan antara :
•
Core vs periphery
•
Metropolitan vs satelite
•
Developed countries vs backward countries
•
Developed countries vs underdeveloped countries
Hubungan antara
negara-negara pusat dan pinggiran ini dikatakan sebagai hubungan saling
ketergantungan, dimana kedua belah pihak ada dalam posisi saling membutuhkan. Namun yang menjadi pertanyaan utama adalah apakah
derajat ketergantungan antar Negara tersebut sama ? Derajat ketergantungan
antara negara pusat dan negara pinggiran berbeda. Negara-negara pinggiran jelas
lebih tergantung kepada negara-negara pusat, daripada sebaliknya, apabila ekonomi mereka
sedang bergerak maju, bisa terjadi bahwa ekonomi negara-negara pinggiran juga
bisa ikut bergerak maju, tetapi apabila negara-negara pusat sedang mengalami
kesulitan, sudah dapat dipastikan bahwa negara-negara pinggiran akan mengalami
kesulitan. Hal tersebut sebaliknya tidak terjadi, apabila negara-negara
pinggiran sedang mengalami kesulitan, tidak berarti bahwa negara-negara pusat
juga akan terkena dampaknya. Hal tersebut dikarenakan ekonomi negara-negara pusat
tidak tergantung pada negara-negara pinggiran.
Tokoh lain tentang teori ketergantungan adalah Raul Prebisch yang mengungkapkan Teori pembagian kerja secara
Internasional, yang didasarkan pada teori keunggulan komparatif (comparative
advantage) telah menyebabkan negara di dunia melakukan spesialisasi
produksinya. Negara pusat (center) menghasilkan barang industri,
sedangkan negara pinggiran (periphery) memproduksi hasil pertanian. Namun
permasalahannya adalah Negara yang memproduksi pertanian menjadi miskin,
alasannya adalah ada penurunan nilai tukar komoditi pertanian terhadap barang industri, barang industri semakin
mahal dibanding hasil pertanian, akibatnya terjadi defisit pada neraca
perdagangan negara pertanian bila berdagang dengan negara industri.
2.
Rekomendasi Teori Ketergantungan
Hubungan
saling ketergantungan yang lebih menguntungkan Negara pusat daripada Negara
pinggiran memunculkan gagasan-gagasan baru yang tujuannya mengurangi
ketergantungan Negara pinggiran terhadap Negara pusat. Salah satu tawaran
dikemukakan oleh Raul Prebisch. Adapun tawarannya sebagai
berikut :
•
Melakukan subsitusi import
Negara-negara yang
terbelakang harus melakukan industrialisasi, bila mau membangun dirinya,
industrialisasi ini dimulai dengan Industri Substitusi Impor (ISI). ISI
dilakukan dengan cara memproduksi sendiri kebutuhan barang-barang industri
yang tadinya di impor
untuk mengurangi bahkan menghilangkan penyedian devisa negara
untuk membayar impor barang tersebut.
•
Melindungi baby industry melalui kebijakan proteksi
Industri kecil
yang baru lahir harus dilindungi agar tidak tergusur dengan industri besar yang
sudah lebih dulu muncul.
•
Tetap berpegang pada free market tetapi dengan intervensi Negara
Ekspor
bahan mentah tetap dilakukan untuk membeli barang-barang modal (mesin-mesin
industri), yang diharapkan dapat mempercepat indrustrialisasi dan pertumbuhan ekonomi.
Campur tangan pemerintah
merupakan sesuatu yang sangat penting untuk membebaskan negara-negara pinggiran
dari rantai keterbelakangan.
Rekomendasi lain tentang teori ketergantungan datang
dari Andre Gunder Frank yang menyatakan bahwa hubungan
negara pinggiran dengan negara pusat pasti menghasilkan pembangunan
keterbelakangan atau the development of underdevelopment. Frank menyatakan bahwa
Negara Negara pinggiran harus memutuskan hubungan
dengan Negara pusat agar bisa maju dan berkembang. Frank
juga menyatakan bahwa keterbelakangan bukan suatu kondisi alamiah dari sebuah
masyarakat, bukan juga karena masyarakat itu kekuranagan modal. Keterbelakangan
merupakan sebuah proses ekonomi, politik dan sosial yang terjadi sebagai akibat
globalisasi dari sistem kapitalisme
3.
Kritik terhadap teori ketergantungan
Salah satu kritik dari
kelompok teori liberal
robert A. Packenham, dia menyebutkan teori ketergantungan memiliki kelebihan diantaranya :
- Teori ketergantungan menekankan aspek internasional dari pembangunan nasional dinegara-negara amerika latin.
- Teori ketergantungan mempersoalkan akibat dari politik luar negeri negara-negara industri terhadap negara-negara pinggiran.
- Teori ketergantungan membahas proses internal dari perubahan perubahan di negara-negara pinggiran dengan mengaitkannya pada politik luar negeri negara-negara maju
- Teori ketergantungan menekankan kegiatan sektor swasta dalam hubungannya dengan kegiatan dengan perusahaan-prusahaan multi nasional, disamping pada kegiatan sektor publik seperti bantuan luar negeri dan diplomasi politik.
Menurut
packenham ketergantungan tidak cukup diukur dengan konsep ada atau tidak adanya
gejala tersebut, dia harus diketahui derajatnya,
sehingga bisa kita ketahui apakah sebuah negara mengalami kemajuan, atau
kemunduran dalam tingkat ketergantungan.
Untuk
ini perlu dipakai perhitungan kualitatif. Lebih lanjut Packenham memberikan kritik terhadap
teori ketergantungan sebagai berikut :
•
Sumber
keterbelakangan suatu negara karena faktor luar
•
Tidak melihat
dinamika di negara berkembang
•
Hanya
menyalahkan kapitalisme
•
Perlu kejelasan
konsep ketergantungan
•
Tak dibahas bagaimans
negara pinggiran melepaskan diri
•
Mengasumsikan
otonomi pasti baik
•
Pesimisme terhadap
nasionalisme.
•
Mengasumsikan
kepentingan negara industri dan pinggiran selalu berbeda.